PURWA WACANA

Om Swastiastu,

Desa Pakraman Pedungan memiliki pengurus yang telah di pilih pada Sabtu, 26 Maret 2011. Dengan susunan pengurus sebagai berikut: Bendesa : Drs. I Nyoman Sumantra; Penyarikan: I Nyoman Subaga ; Patengen: I Gusti Putu Loka; ; Patajuh Parhyangan : I Nyoman Jiwa Pande, S.Sos; Patajuh Pawongan : I Made Badra; Patajuh Palemahan : Ir. I Ketut Adhimastra, M.Erg; Kasinoman: I Made Suardana, SE

Om Santhi, santhi, santhi Om

14 Desember 2009

Yasa Kerti upacara Bhumi Sudha


Desa Pakraman Pedungan merupakan salah satu bagian dari anggota Majelis Utama Desa Pakraman Bali (MUDP Bali), dalam hubungan organsasi seperti ini maka wajar kiranya Desa Pakraman Pedungan maupun desa-desa pakraman lainnya di daerah Bali untuk mengikuti dan menindak lanjuti seruan MUDP Bali sebagaimana yang tertuang dalam surat Majelis Madya Desa Pakraman Denpasar (MMDP Denpasar)tanggal 9 Desember 2009 Nomor: 33/MMDP-DPS/XII/2009 yang meneruskan surat dari MUDP Bali tanggal 8 Desember 2009 Nomor: 070/MDP Bali/XII/2009 dan surat dari Sekretaris Daerah Pemerintah Propinsi Bali tanggal 1 Desember 2009 Nomor: 005/7844/B.Kesra prihal Yasa Kerti Upacara Bhumi Sudha dengan ini disampaikan hal-hal sbb:
Ring Pura Puseh, Pura Desa lan Pura Dalem para pemangku KahyanganTiga menghaturkan Pejati asoroh, Soroan asoroh, Prascita, Biukaonan, Durmanggala asoroh pada Hari Rabu 16 Desember 2009.
Para Kelian Banjar menyampaikan kepada krama soang-soang, melaksanakan Yasa Kerti pada hari Rabu 16 Desember 2009 sore harinya, dalam bentuk upacara dan upakara sbb:
  1. Ring sanggah merajan (Kemulan) menghaturkan Pejati asoroh
  2. Ring natar merajan lan natar paumahan: segehan cacah 11 tanding
  3. Ring pemesuan (tengen pemesu) nanceb sanggah cucuk meplawa don kayu tulak, munggah banten tumpeng selem adaanan mesate calon, urab bang-urab putih, rakania jaja-gina, biu kayu melablab, tuak asujang, sesambat: Ida Sanghyang Motha. Ring sor sanggah cucuk: segehan brumbun 9 tanding mebe jejeroan bawi matah lebeng, getih atakir sambat: Sang Butha Ngadang Semaya Pati.
  4. Nunas tirta ring Pura Desa dengan sarana canang sari jam 16.00 dengan membawa 4 buah tempat tirta diisi nama: Tirta Bhumi Sudha (gelas), tirta Durmanggala (payuk pere) dan tirta biukaon (payuk pere) lanjut dibagikan pada krama untuk dipercikan dimerejan, pekarangan rumah dan semua keluarga termasuk binatang peliharaan dan tanaman yang terserang hama.
Demikianlah surat mengenai Yasa Kerti upacara Bhumi Sudha ini, informasi ini disalin dari surat Jro Bendesa Pakraman Pedungan tanggal 13 Desember 2009 Nomor 39/XII/Bend/2009.

12 Oktober 2009

PARUMAN DESA PAH 3











Dalam kegiatan rutinnya, Desa Pakraman Pedungan mengadakan rapat atau Paruman Desa Pah 3, yang diadakan pada hari Sabtu 10 Oktober 2009 di Gedung baru LPD lantai 2. Beberapa poin paruman seperti:
  1. Laporan Kegiatan selama 3 bulan (Juli-Agustus-September 2009)
  2. Persiapan dalam rangka menghadapi Galungan dan Kuningan (14 Oktober - 24 Oktober 2009)
  3. Persiapan dalam rangka surat Manggala Prawartaka Pengeratep Karya Agung di Pura Sakenan (12 Oktober ~ 31 Oktober 2009)
  4. Laporan dan Rencana Kerja Panitia Penggali Dana Karya Ngusabha Desa Pedungan
  • Selama 3 bulan yang lalu ada beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan, pembangunan fisik seperti renovasi di Wantilan di Pura Dalem maupun renovasi tugu Paketekan di Patluwan setra Pedungan. Namun renovasi di wantilan tidak sebagaimana direncanakan semula, dimana bagian bawah atau lantai belum digarap pada tahap triwulan ini berhubung dana untuk renov atap sudah melebihi target rencana awal.
Rencana Sesuhunan atau Unen-unen Ida Betara ring Dalem akan tangkil ke Pura Barong-Barong pada hari Sabtu 17 Oktober 2009, untuk itu disarankan kepada para kelihan banjar maupun prajuru untuk ikut dalam proses tangkil ke Pura tersebut, sedangkan kepada pihak pengemong Pura Dalem serta warga banjar Kepisah yang bertugas mempersiapkan segala kebutuhan proses ini. Untuk ida dane krama Pedungan dipersilakan ikut matur sembah ke Pura Barong-barong yang rencananya akan berangkat pada pukul 14.00 wita.
Pujawali di Kahyangan Tiga Desa Pedungan, Pura Desa disanggra oleh banjar Kaja, Pura Puseh disanggra oleh banjar Sawah sedangkan Pujawali di Pura Dalem disanggra oleh banjar karangsuwung. Untuk itu diharapkan kepada banjar yang akan nyanggra pujawali itu agar telah mulai mempersiapkan hal-hal yang diperlukan sehingga pujawali dapat berjalan lancar.
Ada informasi menarik dan menggembirakan bagi para kelian banjar, bahwa para kelian mulai saat ini atau yad, akan menerima honorarium/insentiv dari Walikota sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah), dan untuk itu diharapkan kepada para kelian segera membuka rekening di BPD (Bank Pembangunan Daerah) karena nantinya insentiv dimaksud akan masuk lewat rekening bersangkutan.
Kegiatan latihan yang dilakukan oleh Widya Sabha untuk menghadapi UDG (Utsawa Dharma Gita) sekecamatan Denpasar Selatan telah dilaksanakan secara intensif. Oleh panitia UDG akan diadakan rapat nanti pada 20 Oktober 2009 guna penentuan hari pelaksanaan UDG.
  • Rencana merayakan rahinan Galungan dan Kuningan diumumkan agar memenjor sebagaimana biasanya, penjor sudah ditancapkan pada hari Selasa sore.
  • Serangkaian dengan Yasa Kerti Pengaratep Karya Agung di Pura Sakenan lan Tawur Labuh Gentuh Ring Segara yang akan dimulai semenjak tanggal 12 hingga 31 Oktober 2009 maka diumumkan bahwa kepada umat Hindu di kota Denpasar tidak diperkenankan menanam mayat/ngaben semenjak tanggal 12 hingga 31 Oktober 2009. Untuk itu agar prajuru desa nunas tirta pengandeg pada tanggal 12 Oktober 2009 yang kemudian diteruskan untuk dipercikan ke setra.
Panitia Penggali Dana untuk karya Ngusabha Desa Pedungan mengumumkan bahwa sampai saat ini telah bekerja dengan penuh semangat mengusahakan sosialisasi rencana karya ini ke setiap banjar se desa Pedungan, dan saat ini terkumpul dana sebagai berikut:
  1. Kontrak Tanah Desa Adat Rp. 16.500.000
  2. LPM Kel. Pedungan Rp. 100.000.000
  3. KUD Pedungan Rp. 100.000.000
  4. LPD Pedungan Rp. 100.000.000
  5. Punia dari sosialisasi ke Banjar2 Rp. 64.550.000
  6. Punia dari saham banjar Rp. 85.000.000
  7. Bunga Tabungan Rp. 20.866.600
Total dana terkumpul: Rp. 486.916.600
Dalam diskusi rencana kerja karya ini (utamanya tentang penggalian dananya) mendapat atensi kuat dari peserta paruman. Ada yang optimis dengan rencana penggalian ini namun ada pula yang pesimis menanggapi rencana penggalian dana ini. Tapi untuk rencana pelaksanaannya nampaknya peserta paruman sepakat untuk melaksanakan karya Ngusabha ini pada bulan Desember 2010.

09 September 2009

PAMELASPASAN LPD PEDUNGAN













Keterangan Foto:
1. Bapak Walikota diterima oleh Ketua LPD Desa Pekraman Pedungan - I Made Suardana, SE
2. Bapak Walikota didampingi para wakil Rakyat (DPRD dari desa Pedungan)
3. Bapak Walikota memendem pedagingan di Parhyangan baru (Padmasana)
4. Bapak Walikota Denpasar menyerahkan Dana atau bantuan untuk LPD Pedungan, yang diterima oleh Jro Bendesa Pakraman Pedungan
5. Bapak Walikota memberi sambutan pada saat Pamelaspasan
6. Bapak Walikota melihat ruang pertemuan di Lantai 2
7. Prasasti yang telah ditandatangani oleh Bapak Walikota Denpasar
Tidak terasa sudah satu tahun lebih satu bulan proses pembangunan Gedung LPD Pedungan yang berlokasi di Jl. Pulau Belitung 36 Denpasar Selatan ini. Hingga kini tiba saatnya buat acara pamelaspasan Gedung baru ini. Ceritanya setelah persiapan Fisik gedung diperkirakan selesai (walau masih ada yang belum dirampungkan), terlebih dahulu diadakan pertemuan antar kelian banjar bersama prajuru desa yakni Rabu tanggal 2 September 2009 di ruang pertemuan LPD lama yakni di Jl. Pulau Kawe. Dalam pertemuan ini dibahas hal-hal berkaitan dengan tugas-tugas yang patut diambil dalam acara pamelaspasan. Pertama adalah acara kerja bakti pada hari minggu, kemudian acara hari Selasa Nunas Tirta ke Pura Kahyangan Tiga di Desa Pedungan serta Pura Melanting di Buleleng. Sorenya sekitar jam 4 hari selasa diadakan Ngingsir genah Parhyangan LPD dari Jl. Pulau Kawe ke Jl. Pulau Belitung yang dilaksanakan dengan cara mapeed, acara ini diikuti oleh segenap kelihan adat seluruh banjar didesa Pedungan maupun oleh para pemangku desa. Sedangkan hari Rabu adalah acara puncak Pamelaspasan Gedung Baru LPD Desa Pakraman Pedungan.
Menariknya, pada saat pamelaspasan, ketika tiba giliran Jro Bendesa untuk menyampaikan pidatonya dalam pertanggungjawaban penyelenggaraan Pembangunan, sempat juga Jro Bendesa menyampaikan hal unik yakni mengenai waktu pamelaspasan yang dilaksanakan pada jam 9 tanggal 9 bulan 9 dan juga pada tahun 09 (2009). Jadi angka 9 diucapkan hingga empat kali dalam penyampaian waktu pelaksanaan pamelaspasan Gedung Baru LPD Desa Pakraman Pedungan ini. Luar biasa......

RAI MANTRA : LPD HARUS MAMPU SERAP IT


Denpasar (denpasarkota.go.id), Di era globalisasi ini keberadaan LPD harus mampu menghadapi tantangan jaman sesuai dengan perubahan, terlebih lagi dengan perkembangan informasi teknologi (IT). Untuk itu LPD harus mampu menyerap IT kedalam manajemen LPD itu sendiri. Hal tersebut di ungkapkan Wali kota Denpasar I.B Rai Dharmawijaya Mantra saat meresmikan Gedung baru LPD Desa Pakraman Pedungan, Rabu (9/9). Peresmian Gedung LPD tersebut ditandai dengan penanda tanganan Prasati oleh Walikota Denpasar.

Dalam menyerap IT, Rai Mantra mengharapkan LPD harus menerapkan konsep berwawasan budaya sehingga mampu menghadapi tantangan jaman. Disamping itu IT yang diserap harus diapadukan dengan manajemen modern dengan demikian bisa mensejahterakan masyarakat begitu pula para pegawainya dengan tidak meninggalkan nilai-nilai tradisional. Lebih lanjut Rai Mantra mengatakan, keuntungan-keuntungan yang diproleh LPD agar dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan ekonomi kerakyatan dan pembangunan Desa Pakraman. ”Saya berharap masyarakat memanfaatkan LPD dengan menabung dan meminjam dengan penuh disiplin dan tanggung jawab,” ujar Rai Mantra sembari menambahkan LPD bukan milik kelompok atau pribadi. Sehingga kemajuan LPD menjadi tanggung jawab masyarakat dan seluruh komponen kepengurusan LPD. Dalam kesempatan tersebut Rai Mantra juga menyampaikan rasa bangga atas keberhasilan LPD Pedungan, hal ini dapat dilihat dari asset awal sebesar Rp. 2 juta dan sekarang sudah mencapai Rp. 26,6 milyar.

Kepala LPD Desa Pakraman Pedungan Made Suardana ketika ditemui disela-sela peresmian mengatakan, sejak berdirinya LPD Pedungan tahun 1989 dengan modal awal Rp. 2 juta yang merupakan bantuan Pemerintah sampai saat ini mampu eksis bahkan terus berkembang. Perkembangan ini tidak lepas dari dukungan 2.283 KK atau sekitar 12 ribu jiwa sehingga LPD saat ini mampu membangun Gedung baru serta mampu memberikan pinjaman kepada nasabah mencapai Rp. 1 milyar dalam jangka waktu maksimal 4 tahun Dalam pembangunan gedung baru LPD yang berlantai dua dibangun diatas tanah seluas 4,5 are ini dikerjakan dengan swakelola menelan biaya Rp. 1,6 milyar.

Sementara Bendesa Desa Pakraman Pedungan I Nyoman Sumantra dalam laporannya mengatakan, sangat bahagia atas tingginya perhatian Pemerintah Kota Denpasar terhadap keberadaan LPD. ”Tingginya perhatian Pemerintah Kota Denpasar kita dapat lihat hampir semua kegiatan LPD selalu mendapat perhatian serius dari Walikota Denpasar,” ujar Sumantra. (Sidi)

16 Agustus 2009

DHARMAWACANA IDA PANDITA MPU JAYA ACHARYANANDA


Pada tanggal 16 Agustus 2009 pukul 19.30 wita, diadakan sebuah dharmawacana bertema ”Peningkatan Mental Spiritualitas Melalui Prakertining Yadnya Menurut Agama Hindu” yang dibawakan oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda, dharmawacana ini mengambil tempat di bale Banjar Karangsuwung. Ada 2 rangkaian yang melatar belakangi hadirnya kegiatan dharmawacana ini, satu berkaitan dengan penutupan Porseni tahun 2009 di lingkungan desa Pedungan dan kedua Sekeha Teruna-Teruni Karang Masjati berulang tahun yang ke 59 (seperti biasa sebagaimana tahun-tahun sebelumnya pada tanggal 16 Agustus banjar Karangsuwung mempunyai tradisi merayakan ulang tahunnya, kali ini kegiatan puncaknya adalah dharmawacana ini)

Acara yang diadakan di Banjar Karangsuwung ini, dihadiri oleh para Kelihan Desa, bapak Lurah dan bapak Bendesa serta para pemuka atau tokoh desa, dan juga oleh krama Banjar Karangsuwung. Pada dasarnya penyelenggaraan kegiatan ini dimotori oleh Sekeha Teruna-Teruni Karang Masjati dan dibantu oleh prajuru banjar.

Ada beberapa hal yang patut diungkapkan disini terkait materi dharmawacana itu (sebatas ingatan yang dapat dituliskan disini):

  1. Tantangan generasi muda pada masa kini atau era global, yang dapat mengurangi nilai-nilai spiritualitasnya.
  2. Potensi-potensi pada diri generasi muda dalam menghadapi era global.
  3. Hal-hal yang patut dilakukan oleh generasi muda dalam meningkatkan mental spiritualitasnya.

Dalam sesi diskusi yang menarik, yang tumbuh dalam suasana penuh kekeluargaan - bahkan Ida Pandita menyebutkan forum ini sebagai saat reuni (berhubung dulu ketika anak-anak dan masa remaja masih dikenal sebagai Wayan Miarta atau dikenal pula dikalangan tertentu sebagai wayan gianyar. Banjar karangsuwung dan Pembungan adalah tempat beliau bermain, itu dulu), ada pertanyaan-pertanyaan kritis muncul. Seperti misalnya:

Mengapa di Bali Selatan (khususnya di Badung dan Denpasar) sering dijumpai tradisi trance disaat-saat upacara di pura atau dalam pujawalinya, bahkan trance ini menjadi semacam cap untuk syah tidaknya pujawali yang dilaksanakan?

Mengapa pada bangunan wantilan, tempat mengadakan sasolahan tidak diijinkan mengadakan sasolahan karena dianggap bangunan itu tidak suci, sedangkan dipihak lain ketika masolah didepan pura (dijaban pura) Sasuhunan masolah dibawah tetaring (dengan klangsah atau terpal) yang dibuat dari bahan-bahan dengan kondisi mungkin masih leteh?

Ida Pandita memberikan pencerahan tentang tradisi trance atau kerawuhan ini, orang Bali punya berbagai cara dalam mewujudkan rasa baktinya kepada Ida Sanghyang Widhi (ISW). Demikian pula ISW punya berbagai bentuk pengejawatahan dalam menunjukkan kemahakuasaan beliau. Dan kondisi ini hidup berkembang dalam suasana spiritual di Bali. Tidak ada yang salah dalam tradisi trance ini, karena patut disadari bahwa Hindu di Bali merupakan kombinasi dari berbagai aliran mazab agama Hindu, dan tradisi kerawuhan ini merupakan penampilan pengaruh aliran Tantraisme di Bali. Namun yang menjadi perhatian disini adalah jangan sampai kondisi trance dimaksud merupakan wujud egoisme atau kerawuhan sebagai wujud emosi seseorang yang memang punya keinginan-keinginan tertentu. Ditunjukkan sebuah contoh, karena didalam forum resmi di bale banjar keinginan seseorang (untuk memperbaiki banjar misalnya) tak diikuti oleh warga banjar, dalam kesempatan lainnya orang bersangkutan kerawuhan di suatu pura dengan menyatakan kelinggihan Ida Bethara yang menghendaki (bhs Bali: mapakayunan) agar banjar diperbaiki bilamana tidak dipenuhi maka malapetaka akan menimpa warga banjar. Atau contoh lainnya, pada dasarnya manusia memang punya niat untuk selalu diperhatikan dan dilayani oleh orang lain, dan dalam kondisi trance, seseorang dalam pengertian pribadinya akan dilayani keinginannya, maka tradisi trance pun menjadi ajang untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas pelayanan dari orang lain.

Ironisnya ada anekdot muncul, dimana seseorang kerawuhan dengan menyatakan dirinya kelinggihan Ida Betara yang punya keinginan ini-itu yang harus dipenuhi. Dipihak lain orang disampingnya ikut-ikutan trance, yang duluan trance menyebut bahwa orang yang trance belakangan ini adalah rain ida (adik beliau). Ketika yang trance belakangan menyatakan dirinya hanya ikut-ikutan, maka terbongkarlah kebohongan orang yang trance duluan yang menyatakan bahwa itu adalah adiknya. Contoh demikian tentunya sangat buruk dan tidak disyahkan dalam sastra.

Tentang Suci dan tidak sucinya bangunan, Ida Pandita menjelaskan bahwa yang dipergunakan untuk membangun di Bali, adalah kayu dan kayu itu sejatinya berasal dari hutan yang dikuasai oleh Banaspati (Banas=wanas atau wana, wana = hutan, pati=raja atau penguasa). Jadi bangunan dari kayu itu baru boleh dipergunakan oleh manusia bilamana sudah diurip atau dihidupkan lewat prosesi prayascita, dalam prayascita wewangunan ini tujuannya adalah guna mempralina kayu yang dikuasai oleh banaspati menjadi sebuah nama baru menjadi sebuah kelahiran baru berwujud bangunan atau tidak lagi disebut kayu. Bangunan baru, yang diprayascita ini saja yang dapat disebut sebagai bangunan, dan untuk dapat disebut suci atau bangunan suci maka perlu dilanjutkan dengan upacara pamelaspasan guna menyucikan bangunan itu sehingga sesuhunan boleh diletakkan, ditempatkan maupun mesolah di bangunan suci tersebut. Sedangkan untuk tetaring, tetaring pada dasarnya bukan merupakan bangunan, tapi merupakan tempat sementara untuk sebuah kegiatan, sehingga tidak terkenakan oleh istilah bangunan suci maupun bangunan tidak suci.

Untuk melihat slide kegiatan dharmawacana ini bisa di-klik disini


26 Juli 2009

SOSIALISASI RENCANA KARYA NGUSABHA KE PURA KAYANGAN TUNGKUB


Hari minggu 26 Juli 2009 pihak Prajuru Desa Pakraman Pedungan mengadakan sosialisasi ke pura Kayangan Tungkub. Bertempat di pura Kayangan Tungkub, siang itu prajuru desa diterima oleh Mangku Pura Kayangan Tungkub, dengan topik Penyampaian rencana karya berkaitan dengan Karya Ngusabha Desa yang akan dilaksanakan tahun 2010 nanti. Pada prinsipnya Jro Bendesa menyampaikan rencana karya dimaksud dengan mengikut sertakan pura Kayangan Tungkub ini untuk dilibatkan sebagaimana Pura Kahyangan Tiga lainnya. Hal-hal lain yang diluar kaitannya dengan rencana karya akan diadakan pembicaraan lebih lanjut dalam forum desa setelah selesai karya. Mangku pura Kayangan Tungkub menerima hal-hal yang disampaikan oleh jro bendesa, utamanya mengenai melibatkan pura Kayangan Tungkub dalam rangkaian karya mendatang.

KESIMPULAN PARUMAN SULINGGIH & PARUMAN WALAKA PHDI PROVINSI BALI

Pokok Bahasan:

Panca Bali Krama Tahun 2009, Perkawinan “ Negen Dadua” dan Pembentukan Lembaga Pengembangan Pendidikan Hindu, Tanggal 29 Desember 2008, Tempat : Kantor PHDI Provinsi Bali Jln. Ratna No. 71 Denpasar

Pada hari Senin, tanggal 29 Desember 2008 telah diselenggarakan Paruman Sulinggih dan Paruman Walaka bertempat di Kantor Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Jln. Ratna, No. 71 Denpasar. Paruman pada hari itu telah membahas 3 (tiga ) materi pokok bahasan :

1. Paruman Sulinggih membahas “Panca Bali Krama dan Nyepi tahun 2009,
2. Paruman Walaka tahap Pertama membahas tentang Perkawinan Negen Dadua,
3. Paruman Walaka tahap Kedua membahas tentang Pembentukan Lembaga Pengembangan Pendidikan Hindu / LPPH).


Paruman Sulinggih membahas “Panca Bali Krama dan Nyepi tahun 2009” dengan kesimpulan adalah sebagai berikut :

Tentang sebutan Panca Wali Krama dengan sebutan Panca Bali Krama, sesungguhnya adalah sama, karena hanya masalah perubahan struktur fenom saja.

* Panca Bali Krama (Panca Wali Krama) jatuh setiap sepuluh tahun sekali, dan pelaksanaan Panca Bali Krama sekarang jatuh pada Tilem Caitra (Tilem Kesanga) Tahun Saka berakhir dengan angka nol (Rah Windu). Tepatnya tahun saka 1930, jatuh pada hari Buda, Pahing, Kuningan, tanggal 25 Maret 2009.;
* Pada hakekatnya semua Sulinggih itu sama, sehingga semua Sulinggih (Sarwa Sadaka) yaitu Pedanda, Rsi, Empu dan Dukuh, mempunyai kesempatan yang sama untuk Muput pada saat upacara Panca Bali Krama. Dan semua Sulinggih Pedanda, Rsi, Empu, dan Dukuh dibenarkan ngastawa di Bale Gajah, Pura Gajah.;
* Semua Sulinggih agar meningkatkan pengendalian diri antar sesama Sulinggih dan begitu juga kepada umatnya, demi menjaga citra, kemuliaan dan kesucian Sulinggih.;
* Dalam menyongsong Karya Agung Panca Bali Krama dan Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih sebagaimana halnya dalam pelaksanaan setiap yadnya lebih-lebih yadnya yang besar, perlu didukung dengan pengendalian diri yang baik, sikap dan prilaku yang iklas, yang dilandasi dengan kesucian pikiran, perkataan dan perbuatan.;
* Lontar tentang “Panca Bali Krama “ menyebutkan :

Kayatnakna, away saulah-ulah lumaku, ngulah subal, yan tan hana bener anut linging aji. Nirgawe pwaranya kawalik purihnya ika, amrih ayu byakta atemahan hala. Mangkana wenang ika kaparatyaksa de sanga anukangi, sang adiksani lan sang adruwe karya, ika katiga wenang atunggalan panglaksana nira among saraja karya.:

Away kasingsal, apan ring yadnya tan wenang kacacaban, kacampuhan manah weci, ambek baranta, sabda pususya.:

Ikang manah stithi nirmala juga maka sidhaning karya, margining amanggih sadya rahayu, kasidhaning panuju mangkana kangetakna, estu phalanya.;

Maksudnya :

Waspadalah jangan sembarangan melangkah asal jalan saja, apabila tidak benar sesuai dengan ucap sastra agama. Pekerjaan sia-sia itu namanya, akan berbaliklah harapan yang diperoleh, berharap kebaikan, tetapi nyatanya menjadi baik (buruk). Demikianlah patut selalu waspada bagi Tapini, Yajamana dan orang yang memiliki yadnya, ketiganya itu patut menyatukan pandangan dan langkah dalam mengendalikan semua pekerjaan (yadnya).;

Janganlah saling bertentangan, sebab dalam pelaksanaan yadnya tidak boleh ternodai, dicampuri oleh pikiran kotor, pikiran bimbang, kata-kata kasar. Pikiran yang suci dan tidak ternoda jualah yang mengantarkan keberhasilan suatu yadnya, sebagai jalan menemukan keberhasilan dan keselamatan, berhasil mencapai tujuan, demikianlah selalu diingat, semoga mendapatkan pahalanya.;

* Tentang adanya orang (karma) meninggal :

Untuk mendukung kesucian Karya Agung Panca Bali Krama, dianjurkan sedapat mungkin untuk melaksanakan pengabenan bagi masyarakat yang punya sawa mapendem, dengan batas waktu untuk pengabenan masal selambat-lambatnya tanggal 13 Pebruari 2009 sudah selesai dilaksanakan.;

Bagi yang meninggal setelah 13 Pebruari 2009 kepada masyarakat masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan Upacara Ngaben mendadak sehingga dalam batas waktu 20 Pebruari 2009.;

Bila meninggal setelah tanggal 20 Pebruari 2009 sampai dengan selesainya upacara mejauman tanggal 27 April 2009, hendaknya tidak melaksanakan kegiatan pembakaran mayat baik dalam bentuk upacara tanggal 20 Pebruari Pengabenan maupun mekingsan di geni .;

1. Sawa (mayat) agar dipendem (dikubur) sesegeranya, perjalanan ke setra dilaksanakan pada sore hari setelah matahari terbenam. Tata cara dan upacara mendem sawa mula –mulai nyiramang dan seterusnya berlaku sebagai

15 Juli 2009

GERUH NARA SUMBER GAMBUH, ASET BUDAYA DESA PEDUNGAN


Salah satu potensi seni budaya yang telah sedang dan akan berkembang terus adalah Gambuh, tari klasik ini telah membuat nama desa Pedungan meroket di dunia nasional Indonesia maupun di dunia Internasional. Mungkinkah seni klasik ini akan menjadi warisan seni dunia yang setara dengan warisan dunia dalam konteks 7 keajaiban dunia? Kita hanya dapat berharap dan menunggu, niscaya harapan ini dapat menjadi kenyataan bilamana kerja keras generasi penerus Gambuh berlanjut sebagaimana nara sumbernya yakni I Gede Geruh. Berita atau informasi tentang Geruh dan gambuhnya bisa diakses disitus penunjang situs ini yakni http://pembangunanpedungan.blogspot.com

Rapat Tri Wulan ke 4, akhir tahun 2008

Pada bulan desember 2008, diadakan rapat rutin ke 4 atau rapat akhir tahun oleh prajuru desa Pedungan. Rapat ini dihadiri pula oleh: Lurah Pedungan; Ketua LPM; Pemangku Kahyangan Tiga; Ketua Widya Sabha; Prajuru Banjar; serta Ketua Pecalang yang ada di wewidangan Desa Pedungan.

Adapun hasil rapat yang merupakan inti agenda acara adalah dikeluarkannya Agenda kegiatan rutin untuk tahun2009.

  1. Pah Karya Tumpek Landep, Sabtu 17 Januari 2009 Pujawali: 1. keris pajenengan Pura Dalem, 2. ring Pura Sarin Peken. Sane polih Nyanggra Pemangku lan Pengemong.
  2. Pah Karya Tawur Kesange Isaka 1930, dengan urutan acara: Senin 23 Maret Ida betara Melasti ke segara, Selasa 24 Maret Ida Betara Nyejer ring Bale Agung, Rabu 25 Maret Tawur Kesange, Kemis 26 Maret Nyepi Sipeng. Sane polih nyanggra Br. Dukuh Pesirahan nyiagayang sarana anggen ngias ring Bale Agung, Br Manesa lan Puseh ngias lan mareresik ring Pura Desa, Br. Pesanggaran lan Ambengan mereresik ngias lan megambel ring segara, Br. Pande megambel ring Bale Agung rikala melasti lan Tawur kesange, Br. Karangsuwung megambel rikala nyejer. Pamiteges: prajuru lan pecalang desa magebagan ring pura Desa, prajuru lan pecalang banjar magebagan ring banjar soang-soang nereptiang krama ngelaksanayang Brata Panyepian/sipeng
  3. Anggara kasih Medangsia, selasa 7 April Pujawali ring Pura Puseh; Pura Desa; Pura Saren. Sane polih nyanggra ring Pura Puseh Br. Sama, ring Pura Desa Br. Pande. Untuk selasa 3 Nopember, sane polih nyanggra ring Pura Puseh Br. Sawah, ring Pura Desa Br. Kaja. Ring pura Saren sane polih nyanggra pemangku lan pengemong.
  4. Buda Manis medangsia, Rabu 8 April pujawali ring Pura Dalem sane nyanggra Br. Kepisah, Rabu 4 Nopember pujawali ring Pura Dalem sane nyanggra Br. Karangsuwung
  5. Tumpek Wayang, sabtu 11 Juli pujawali unen-unen Ida Betara ring pura Puseh, sane nyanggra Pengemong-krama Br Manesa lan Puseh.
  6. Pon Galungan, Sabtu 17 Oktober unen-unen Ida Betara Dalem lunga ke Pura Karangboma, sane nyanggra krama Br. Kepisah – pengemong – pemangku – pemaksan – prajuru banjar lan prajuru desa.
  7. Buda Cemeng Merakih, Rabu 2 Desember unen-unen Ida Betara Pura Dalem lunga ke Pura Penataran Pesanggaran, sane nyanggra krama Br. Kepisah – pengemong – pemangku – pemaksan – prajuru banjar lan prajuru desa.
  8. Pecaruan Sasih ke 6 ring marga tiga, sasih kelima/keenem, sane nyanggra Br. Pande

13 Juli 2009

RAPAT TRIWULAN KEDUA 2009

Sesuai dengan jadwal rapat rutin tri wulan ke dua, Desa Pakraman Pedungan mengadakan rapat prajuru desa dengan prajuru banjar serta dihadiri pula oleh: Pemangku Kahyangan Tiga; Ketua Widya Sabha dan Ketua Pecalang Desa, rapat diadakan pada hari Minggu 5 Juli 2009 bertempat di Ruang rapat LPD Desa Pedungan. Sebagaimana biasanya dalam rapat rutin, Bendesa menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan melaporkan kegiatan 3 bulan yang telah berlalu disertai dengan rencana yang akan dilaksanakan 3 bulan ke depan.
1. Ucapan trimakasih disampaikan oleh Jro Bendesa dalam rangkaian suksesnya pelaksanaan pujawali di Kahyangan Tiga, baik di Pura Desa - Puseh maupun Pura Dalem.
2. Diingatkan pula kepada prajuru banjar untuk senantiasa menjaga keamanan di masing-masing banjar terkait dengan pelaksanaan pilpres di hari Rabu 8 Juli 2009 mendatang.
3. Dalam pengembangan kedepan LPD di Bali menghadapi tantangan yang cukup berat, dalam hal ini pemda Bali telah menerbitkan sebuah pergub - peraturan gubernur - yang mengatur prihal LPD. Dimohonkan oleh Bendesa, dalam hal persaingan ekonomi di Desa Pakraman Pedungan ini khususnya dalam pertumbuhan koprasi, agar melakukan persaingan yang sehat guna menjaga nama baik desa, citra dan image desa pakraman Pedungan.
4. Dalam rencana PT Indonesia Power yang akan memperluas areal pembangunan guna penambahan kekuatan/daya Listrik 120 MW, diingatkan kepada kelian banjar Pasanggaran untuk lebih waspada terhadap isu-isu tentang kemungkinan dampak lingkungannya. Dalam hal pencemaran yang mungkin muncul: pencemaran udara dan pencemaran kebisingan yang diakibatkan oleh penambahan mesin-mesin penambah daya listrik menggunakan bahan sisa yakni bahan bakar MMO.
5. Kepada Ketua Widya Sabha, dimohon untuk mulai mempersiapkan agenda latihan guna pelaksanaan lomba kidung (Utsawa dharma gita - UDG) bagi remaja.
6. Berkaitan dengan telah turunnya proposal dana renovasi Wantilan, maka akan dilaksanakan pada bulan-bulan ke depan ini. Sedangkan untuk dana kegiatan pasraman sudah dan sedang dilaksanakan.
Demikian antara lain beberapa hal yang dibahas dalam rapat rutin kali ini.

11 Juli 2009

Dana Digelontor, Pesraman di Tabanan Minim (Bali Post)

Walau Gubernur Bali telah menggelontor bantuan kepada desa pakraman yang salah satu tujuannya meningkatkan sumber daya manusia, tidak banyak desa pakraman yang menggelar pesraman sesuai dengan harapan gubernur yang telah memberikan bantuan itu. Bahkan, sejumlah bendesa adat terang-terangan mengatakan tidak ingin menggelar pesraman dan memilih bantuan itu difokuskan untuk pembangunan fisik dan biaya piodalan.

Kondisi tersebut sangat disayangkan oleh Ketua Sabha Yowana Tabanan, Bagus Arya Kusuma.
Dikatakan Gus Arya, panggilan akrabnya, gaung pesraman di Tabanan kecil. Dari pengamatannya, hanya sedikit yang benar-benar menggelar kegiatan peningkatan pemahaman terhadap ajaran Hindu dan budaya itu. Kebanyakan alasan bendesa adat kata dia, menyelenggarakan pesraman sangat repot di samping menghabiskan biaya yang cukup banyak. Selain itu, masih banyak bendesa adat yang memandang pembangunan fisik seperti pura yang megah merupakan hal yang terpenting.

''Kami sangat menyayangkan, banyak desa pakraman yang enggan menggelar pesraman. Padahal selain instruksi Gubernur Bali, kegiatan itu sangat penting artinya, bukan hanya bagi generasi muda tetapi seluruh krama. Pembangunan fisik yang megah tidak banyak artinya tanpa pembinaan manusianya,'' katanya Jumat (10/7) kemarin.

Sejumlah bendesa adat membenarkan enggan menggelar pesraman. Alasannya, pembangunan fisik dipandang lebih penting dan dihargai oleh krama adat. ''Jika buat pesraman tidak jelas ukuran keberhasilannya. Jika buat pembangunan jelas krama akan mengingat kinerja bendesa adat bagus karena terlihat nyata,'' ujar salah satu bendesa adat yang tidak menggelar pesraman.

Sementara itu, Ketua Majelis Madya Desa Pakraman Tabanan versi Pemda, IGK Suartanayasa, membenarkan ada sejumlah bendesa adat yang bermental seperti itu. Namun kata dia, pihaknya aktif turun dan memberikan imbauan agar digelar pesraman. Bahkan, ia mengaku akan turun secara khusus pada desa pakraman yang tidak menggelar pesraman. Di Tabanan, ada 345 desa pakraman dan belum semuanya menggelar pesraman. Dari Rp 50 juta bantuan Gubernur Bali, Rp 20 juta semestinya digunakan untuk menggelar kegiatan pesraman baik untuk anak-anak, remaja, sekaa teruna, pemangku maupun serati.

''Tetapi banyak yang hanya membuat pesraman pemangku. Banyak juga yang sedang berlangsung. Memang pelaksanaanya lambat karena kesibukan Pileg dan Pilpres. Memang tidak ada sanksi jika tidak dilaksanakan, tetapi kami terus turun melakukan pembinaan,'' ujarnya.
(kmb14)


Bendesa Desa Pedungan menyatakan: Kalau di Desa Pedungan, dana bantuan ini memang benar-benar dipergunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan bantuan. Yakni pasraman untuk anak-anak kelas 5 SD, dengan nama pelaksanaan PASRAMAN DHARMA SASTRA ADHYAKSA. Sampai saat ini (tahun 2009) telah melaksanakan Pasraman sejenis untuk yang ke 4 kalinya. Pasraman pertama dimulai tahun2006. Untuk lengkapnya lihat label Pasraman disebelah ini



07 Juli 2009

RENCANA KARYA NGUSABHA


Dalam acara serah terima jabatan dari pengurus lama atau prajuru lama ke prajuru baru masa bakti 2005-2010, disampaikan oleh bapak Nyoman Roma (Bendesa yang digantikan) tentang adanya rencana prajuru yang belum sempat dilaksanakan, prajuru hanya baru memikirkan untuk akan melaksanakan yakni rencana Nangun Karya Ngusabha Desa. Untuk hal tersebut, maka kepada bendesa baru (bapak Nyoman Sumantra) disarankan agar dalam periode selanjutnya rencana ini dapat diagendakan.
Dalam rangkaian tersebut diadakan ngaturang Pajati di Pura Desa dengan disaksikan oleh prajuru desa baik adat maupun dinas serta utamanya para pemangku Kahyangan Tiga Desa Pakraman Pedungan pada hari Minggu 24 September 2006.
Selanjutnya di dalam parum agung (...........) dibentuklah Panitia Penggali Dana untuk mendukung rencana karya dimaksud, dengan ketua I Wayan Manggis dilengkapi dengan skretaris, bendahara serta anggotanya. Tugas Panitia Penggali Dana Karya Ngusaba ini adalah menggali potensi-potensi warga yang diperkirakan mampu untuk mapunia, potensi perusahaan-perusahaan yang ada di wewidangan desa pakraman Pedungan.

PAGUYUBAN 276 MhZ (14.276 MhZ)

Perkembangan aktivitas di Desa Pakraman Pedungan terasa semakin meningkat, untuk itu diperlukan adanya perangkat-perangkat yang mempermudah komunikasi dalam setiap even (kegiatan). Berangkat dari kondisi seperti itu, maka atas prakarsa atau usulan Bapak Ketut Suwenda (paktut Tulus, begitu panggilannya di udara) di bentuk suatu paguyuban frekwensi 14.276 MhZ. Dimana tujuan paguyuban ini adalah membantu atau istilahnya mendukung komunikasi (DUKOM) dalam setiap aktivitas desa pakraman di Pedungan.
Untuk saat ini Paguyuban 276 Mhz sudah beranggotan lebih dari 50 anggota, memiliki fasilitas RPU yang saat ini masih numpang di XL - tower.
Aktivitas yang telah dilaksanakan, antara lain pada saat Karya Pangabenan lan Mamukur (Ngerit) yang dikoordinir oleh banjar Pitik-Geladag, Pelaksanaan Pamelastian Ida Betara ke segara (Pamelisan di pesisir pantai Pelabuhan Benoa), serta kegiatan Yadnya lainnya yang merupakan agenda keluarga dari warga pakraman Pedungan.


NO

KODE

BANJAR

FREKWENSI

3

Kr suwung

Karangsuwung

4

Pande

Pande

5

Glatik 2

Gladag-Pitik

6

Seseh 2

Menesa – Puseh

7

Kpisah

Kepisah

8

Bgawan

Begawan

9

Dukuh

Dukuh Pesirahan

10

Sama

Sama

11

Sawah

Sawah

12

Kaja

Kaja

13

Ambgn

Ambengan



04 Juli 2009

MENGENAL INTRUKTUR - GURU DI PASRAMAN

Instruktur dan Guru yang bertugas di pasraman Desa Pakraman Pedungan di ambil dari beberapa tokoh desa yang menguasai bidang-bidang sesuai kurikulum pedoman pelaksanaannya, serta ada juga dari guru-guru dari sekolah SD yang ada di lingkungan pakraman Pedungan






































27 Juni 2009

Kegiatan Pasraman tahun 2008

Pembukaan Pasraman Desa Pedungan di hari minggu 15 Juni 2008 secara resmi dibuka oleh Bapak Camat Denpasar Selatan, dihadiri pula oleh Bapak Lurah Pedungan, Ketua LPM maupun prajuru desa lainnya.



Pembukaan dilakukan di Wantilan Pura Dalem Pakerisan







Bapak Camat Denpasar Selatan IB. Alit Wiradana membuka acara Pasraman Dharmasastra Adhyaksa Desa Pakraman Pedungan







Untuk memeriahkan acara pembukaan di adakan pula atraksi pasantian hasil dari pasraman tahun sebelumnya.







Sebelum acara pembukaan, pada tanggal 8 Juni 2008 diadakan pawintenan bagi peserta dilaksanakan di jeroan Pura Dalem Pakerisan yang dipuput oleh Mangku Gede

Pasraman tahun 2007 hingga 2009

Karena memang merupakan program pemerintah Provinsi Bali yang bersifat kegiatan tahunan, maka tahun 2007 ~ 2009 ini pasraman sesion kedua ~ keempat di desa Pedungan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk yang tercantum dalam buku pedoman Pelaksanaan Pasraman. Peserta pasraman masih merupakan siswa SD kelas 5, siswa -siswi peserta pasraman berasal dari 5 sekolah dasar yang ada di lingkungan desa pakraman Pedungan. Namun jumlah peserta kali ini bertambah, sebelumnya peserta 50 orang maka kini berjumlah 60 orang. Dan untuk jenis kegiatannya pun berkembang, yakni ditambah dengan kegiatan penulisan aksara Bali, yang tujuannya membekali para peserta pasraman untuk mengenal serta menguasai suatu ketrampilan penyuratan dalam tulisan Bali (aksara Bali).

26 Juni 2009

Mengenal Kelihan Banjar

Kelihan Banjar Sama:







Kelihan Banjar Puseh







Kelihan Banjar Puseh:







Kelihan Banjar Kepisah:







Kelihan Banjar Menesa: I Wayan Joni






Kelihan Banjar Pitik: I Wayan Manggis
Selain sebagai kelihan banjar, pria ini memang penghobi dalam berorganisasi misalnya dalam Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Juga menyibukkan diri dalam sektor ekonomi yakni perkoprasian.







Kelihan Banjar Karangsuwung: I Gede Darsana, BA
Penampilan pria ini sedikit serius, tapi sangat menikmati pekerjaan dalam memimpin krama banjar Karangsuwung




Kelihan Banjar Geladag:






Kelihan Banjar Pesanggaran: I Wayan Badra
Hobi dalam tarik suara tradisional (Kidung, Kekawin - Mawirama) digeluti pria ini. Disamping memanenej krama banjar Pasanggaran I Wayan Badra juga didaulat untuk menjadi pengawas di LPD Pedungan.



Kelihan Banjar Pesanggaran:

25 Juni 2009

Desa Pedungan di Google Earth

Perkembangan IT (Information Technology) sudah meningkat jauh, melampaui para penemu-penemunya di masa-masa silam. Salah satu teknologi penginderaan jarak jauh yang bisa diakses adalah program Google Earth, dan kini desa pakraman Pedungan telah memiliki beberapa suntingan gambar yang memperlihatkan sebagian wilayah desa pakraman Pedungan yang di foto dari udara dengan alat canggih satelit. Informasi yang diperoleh memang ada Google Earth yang live sehingga dapat di akses kondisi yang terkini, namun karena menyangkut masalah pembiayaan maka saat ini dirasa cukup dengan beberapa suntingan ini:

SUBAK BALUN















PERBATASAN SESETAN - PEDUNGAN (SEBELAH TIMUR BANJAR KARANGSUWUNG



















BANJAR PESANGGARAN - JALAN BY PASS NGURAH - SANUR

















BANJAR PITIK - JALAN KE SETRA PITIK



















BANK PEDUNGAN - PERTIGAAN JALAN BENOA KE BANJAR AMBENGAN