Walau Gubernur Bali telah menggelontor bantuan kepada desa pakraman yang salah satu tujuannya meningkatkan sumber daya manusia, tidak banyak desa pakraman yang menggelar pesraman sesuai dengan harapan gubernur yang telah memberikan bantuan itu. Bahkan, sejumlah bendesa adat terang-terangan mengatakan tidak ingin menggelar pesraman dan memilih bantuan itu difokuskan untuk pembangunan fisik dan biaya piodalan.
Kondisi tersebut sangat disayangkan oleh Ketua Sabha Yowana Tabanan, Bagus Arya Kusuma. Dikatakan Gus Arya, panggilan akrabnya, gaung pesraman di Tabanan kecil. Dari pengamatannya, hanya sedikit yang benar-benar menggelar kegiatan peningkatan pemahaman terhadap ajaran Hindu dan budaya itu. Kebanyakan alasan bendesa adat kata dia, menyelenggarakan pesraman sangat repot di samping menghabiskan biaya yang cukup banyak. Selain itu, masih banyak bendesa adat yang memandang pembangunan fisik seperti pura yang megah merupakan hal yang terpenting.
''Kami sangat menyayangkan, banyak desa pakraman yang enggan menggelar pesraman. Padahal selain instruksi Gubernur Bali, kegiatan itu sangat penting artinya, bukan hanya bagi generasi muda tetapi seluruh krama. Pembangunan fisik yang megah tidak banyak artinya tanpa pembinaan manusianya,'' katanya Jumat (10/7) kemarin.
Sejumlah bendesa adat membenarkan enggan menggelar pesraman. Alasannya, pembangunan fisik dipandang lebih penting dan dihargai oleh krama adat. ''Jika buat pesraman tidak jelas ukuran keberhasilannya. Jika buat pembangunan jelas krama akan mengingat kinerja bendesa adat bagus karena terlihat nyata,'' ujar salah satu bendesa adat yang tidak menggelar pesraman.
Sementara itu, Ketua Majelis Madya Desa Pakraman Tabanan versi Pemda, IGK Suartanayasa, membenarkan ada sejumlah bendesa adat yang bermental seperti itu. Namun kata dia, pihaknya aktif turun dan memberikan imbauan agar digelar pesraman. Bahkan, ia mengaku akan turun secara khusus pada desa pakraman yang tidak menggelar pesraman. Di Tabanan, ada 345 desa pakraman dan belum semuanya menggelar pesraman. Dari Rp 50 juta bantuan Gubernur Bali, Rp 20 juta semestinya digunakan untuk menggelar kegiatan pesraman baik untuk anak-anak, remaja, sekaa teruna, pemangku maupun serati.
''Tetapi banyak yang hanya membuat pesraman pemangku. Banyak juga yang sedang berlangsung. Memang pelaksanaanya lambat karena kesibukan Pileg dan Pilpres. Memang tidak ada sanksi jika tidak dilaksanakan, tetapi kami terus turun melakukan pembinaan,'' ujarnya. (kmb14)
Bendesa Desa Pedungan menyatakan: Kalau di Desa Pedungan, dana bantuan ini memang benar-benar dipergunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan bantuan. Yakni pasraman untuk anak-anak kelas 5 SD, dengan nama pelaksanaan PASRAMAN DHARMA SASTRA ADHYAKSA. Sampai saat ini (tahun 2009) telah melaksanakan Pasraman sejenis untuk yang ke 4 kalinya. Pasraman pertama dimulai tahun2006. Untuk lengkapnya lihat label Pasraman disebelah ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar